SISTEM PEGENDALIAN INTERN UNTUK INDUSTRI
BATIK DI DIY JOGJAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh
Nilai Mata
Kuliah Pengauditan Manajemen Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh :
RETNO DWI HASTUTIK
B 200 120 375
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Dalam industri manufaktur,
persediaan bahan baku merupakan aset perusahaan yang sangat vital. Setiap
perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan produksi akan memerlukan persediaan
bahan baku. Mengapa pengelolaan penggunaan persediaan bahan baku yang efektif
dan efisien sangat penting, karena berhubungan dengan penghematan biaya
produksi langsung industri manufaktur, sehingga laba dapat meningkat. Dengan
adanya persediaan bahan baku yang tersedia di gudang, diharapkan dapat
memperlancar kegiatan produksi / pelayanan kepada konsumen dan dapat
menghindari terjadinya kekurangan bahan baku. Keterlambatan jadwal dan
kegagalan pemenuhan produk yang dipesan oleh kosumen dapat merugikan perusahaan
dalam hal ini income perusahaan akan menurun( Abriandi, 2013).
Masalah yang sering dihadapi adalah masalah kelancaran proses produksi
berupa penangganan persediaan bahan baku yang tepat agar tidak terjadi
kelebihan serta kekurangan bahan baku, perusahaan harus dapat mengelola
persediaan yang dimiliki sebaik mungkin sesuai dengan kebijakan-kebijakan
manajemen perusahaan (Mudrichah, 2005).
Persediaan sangat rentan terhadap kerusakan maupun pencurian. Oleh karena
itu diperlukan pengendalian intern yang bertujuan melindungi persediaan bahan
baku dan informasi mengenai persediaan lebih dapat dipercaya. Pengendalian
intern persediaan dapat dilakukan dengan melakukan tindakan pengamanan untuk
mencegah terjadinya kerusakan, pencurian, maupun penyimpangan lainnya (
Selvianti, 2014).
II.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat masalah didalam paper
ini yaitu Penerapan pengendalian intern
pada Sistem pembelian bahan baku yang masih sederhana dan kurang baik sering
menghambat perusahaan dalam kegiatan produksinya. Batik Roro Jongrang Jogja
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi batik, dimana dalam
kegiatan operasionalnya menerapkan pengendalian intern yang lemah pada sistem
pembelian bahan baku.
III. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat
dijelaskan tujuan dari pembuatan paper ini yaitu Untuk mengevaluasi sistem
pengendalian intern terhadap sistem pembelian bahan baku pada Batik Roro
Jongrang Jogja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan
Pustaka
2.1 Persediaan Bahan Baku
2.1.1 Pengertian Persediaan
Menurut Mulyadi (2001 : 431) dalam Mulyani mengatakan
bahwa, ”Persediaan merupakan elemen aktiva yang disimpan untuk dijual dalam
kegiatan bisnis yang normal atau barang-barang yang akan dikonsumsi dalam
pengolahan produk yang akan dijual”.
Pengertian
persediaan adalah aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi atau dalam
perjalanan, dalam bentuk bahan baku atau keperluan untuk dipakai dalam proses
produksi atau penyerahan jasa {Henry Simamora,2000:266 dalam Mudrichah, 2005}.
Menurut
Luayi, 2013 mengatakan bahwa berdasarkan teori yang ada, persediaan bahan baku
merupakan persediaan barangbarang yang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber dibeli dari supplier
pabrik yang menggunakannya.
Persediaan
adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan
normal perusahaan atau aktiva yang dimasukkan secara langsung maupun tidak
langsung kedalam barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual. {Stice dan
Skousen, (2009:571) dalam Selvianti, 2013}.
2.1.2 Sifat dan Kriteria
Persediaan Bahan Baku
Menurut PSAK No. 14 tentang Persediaan,
bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses
produksi. Beberapa bahan baku diperoleh secara langsung dari sumber alam, akan
tetapi lebih sering bahan baku diperoleh dari perusahaan lain, yang merupakan
produk akhir dari perusahaan tersebut. Selain itu terdapat jenis bahan lain
yang bukan merupakan unsur yang cukup material dari suatu produk yaitu bahan
penolong/pembantu ataufactory overhead.
Bahan baku merupakan bahan yang dipergunakan secara langsung dalam proses
produksi dan jumlahnya adalah material jika dibandingkan dengan nilai produk
yang dihasilkan. Sedangkan bahan pembantu merupakan bahan pelengkap yang
diperlukan untuk membuat produk ( Abriandi,2013).
2.1.3 Jenis
jenis Persediaan Bahan Baku
Menurut
Zaki Baridwan (2000:150) jenis persediaan yang ada dalam
perusahaan manufaktur
adalah:
- Persediaan bahan baku dan bahan penolong
Bahan
baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan
mudah dapat diikuti biayanya, sedangkan bahan penolong adalah barang-barang
yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapi jumlahnya kecil atau sulit
diikuti biayanya.
- Supplies pabrik
Supplies
pabrik adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi
misalnya oli mesin, bahan pembersih mesin.
- Barang dalam proses
Barang
dalam proses adalah barang-barang yang sedang dikerjakan (diproses) tetapi pada
tanggal neraca barang-barang tadi belum selesai dikerjakan. Untuk dapat dijual
masih diperlukan pengerjaan lebih lanjut.
- Produk selesai
Produk
selesai adalah barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses
produksi dan menunggu saat penjualan.
2.1.4 Metode Pencatatan Persediaan
Ada
dua macam metode pencatatan persediaan, {Mulyadi (2010:556) dalam Selvianti,
2014} yaitu metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan
metode persediaan fisik (physical inventory method).Metode mutasi
persediaan, setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan.Kemudian
metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian persediaan
saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya persediaan karena pemakaian
tidak dicatat dalam kartu persediaan.
2.2 Sistem Pengerndalian Intern
2.2.1 Pengertian Sistem Pengerndalian Intern
Menurut {Warren et al (2006, p.235) dalam Abriandi,2013}
mengatakan bahwa pengendalian internal (internal control) adalah
kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan
penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan
meyakinkan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti. Tujuan utama yang akan
dicapai adalah meningkatkan susunan, keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas
operasi serta kualitas barang dan jasa sesuai misi organisasi, dan mengamankan
sumber daya terhadap kemungkinan kerugian akibat penyalahgunaan pengelolaan
atau pengunaan.
Sedangkan
menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart (2006) dalam Aryani, (2013)
mengatakan bahwa definisi pengendalian intern adalah “Rencana organisasi dan
metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang
akurat dan handal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi,
serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan”.
Menurut
{Mulyadi (2008:216) dalam Selvianti,2014} mendefinisikan bahwa pengendalian intern adalah suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan.
Menurut
{Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Mirawati, 2014} mendefinisikan bahwa
sistem pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manejemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a)
keandalan pelaporan keuangan; (b) efektivitas dan efisiensi operasi dan; (c)
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan
pengertian diatas maka dapat saya simpulkan bahwa pengertian sistem
pengendalian internal adalah Upaya yang dilakukan oleh manajer guna
meminimalisir terjadinya kecurangandalam operasional perusahaan.
2.2.2 Tujuan Sistem Pengerndalian Intern
Menurut {Mulyadi (2008:180) dalam Selvianti, 2014} mengatakan
bahwa tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai
dalam pencapaian tiga golongan tujuan yaitu sebagai berikut:
a. Keandalan informasi keuangan ;
b. Kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku; dan
c. Efektivitas dan efisiensi operasi.
2.3.Pengendalian intern atas persediaan
Menurut
{Henry Simamora (2000:288) dalam Mudrichah,2005}mengatakan bahwa tujuan pengendalian internal ataspersediaan
adalah untuk memastikan bahwa persediaan diamankan dandilaporkan secara benar
dalam laporan keuangan.Pengendalian internal ini dapatbersifat preventif maupun
detektif, Pengendalian preventif dirancang untukmencegah terjadi kesalahan
sedang pengendalian detektif dirancang untukmendeteksi setiap kesalahan setelah
terjadi.
Pengendalian
atas persediaan haruslah bermula segera setelah persediaan
diterima.Laporan penerimaan
yang bernomer urut harus diisi oleh bagian
penerimaan barang perusahaan
dalam upaya menegakkan akuntabilitas pertama
terhadap persediaan, untuk
memastikan bahwa persediaan yang diterima adalah
yang dipesan setiap laporan
penerimaan barang harus direkonsiliasikan dengan
pesanan pembelian, disamping
itu harga persediaan yang dipesan haruslah
dibandingkan dengan harga
yang ditagih oleh penjual kepada perusahaan.
Pengendalian
internal untuk mengamankan persediaan meliputi
pengembangan dan penerapan
langkah-langkah keamanan untuk mencegah
kerusakan persediaan atau
pencurian oleh karyawan, pemisahan karyawan yang
menjaga persediaan dengan
yang membuat catatan-catatan akuntansi merupakan
pemisahan tugas.
2.4.Tujuan Pengendalian Internal atas Persediaan Bahan Baku
Menurut {Warren et al (2006, p.452-453) dalam
Abriandi,2013} mengatakan bahwa terdapat 2 (dua) tujuan utama dari pengendalian
internal atas persediaan, yaitu mengamankan persediaan dan melaporkannya secara
tepat dalam laporan keuangan. Pengendalian internal ini bisa bersifat preventif
(pencegahan) maupun detektif.Pengendalian preventif (preventive control)
dirancang untuk mencegah kesalahan.Pengendalian detektif (detective control)
ditujukan untuk mendeteksi kesalahan atau kekeliruan yang telah terjadi.
2.5.Penerapan pengendalian intern
pada sistem pembelian bahan baku di Batik Roro Jongrang Jogja masih kurang
baik.
Penerapan pengendalian intern pada
sistem pembelian bahan baku di Batik Roro Jongrang Jogja masih kurang baik
ditandai dengan adanya kelemahan dalam pelaksanaan pembelian bahan baku
seperti, perangkapan antar bagian. Solusi yang tepat yaitu Batik Roro Jongrang
Jogja dalam melaksanakan pembelian bahan baku diharapkan adanya pemisahan
fungsi antara bagian pembelian dan bagian keuangan. Pemisahan fungsi antar
bagian tetap harus dilakukan perusahaan untuk mendukung pengendalian intern
pada tahap pembelian bahan baku, serta untuk mengurangi penyelewengan yang bisa
terjadi karena adanya perangkapan bagian yang ada.
2.6. Pengendalian internal pada pembelian
bahan baku di Batik Roro Jongrang Jogja masih belum memadai.
Pengendalian internal pada pembelian bahan baku di Batik Roro Jongrang
Jogja masih belum memadai.ditandai dengan adanya kegiatan operasional sistem
pembelian bahan baku Batik Roro Jongrang Jogja belum memiliki bagian penerimaan
dan bagian akuntansi, serta belum memiliki dokumen untuk mendukung pengendalian
internal. Sehingga solusi yang trpat yaitu Batik Roro Jongrang Jogja untuk
mendukung pengendalian intern pada sistem pembelian bahan baku perlu adanya
beberapa bagian dan dokumen yang belum ada pada perusahaan. Bagian penerimaan
dan bagian akuntansi perlu ada melalui perekrutan pegawai baru atau pegawai
perusahaan yang sudah ada untuk mengisi bagian yang peneliti sarankan dalam
perusahaan dan juga perlu adanya dokumen baru agar mendukung sistem
pengendalian intern dalam pelaksanaan sistem pembelian bahan baku.
2.7.Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
a)
Sistem otorisasi serta prosedur pencatatan dokumen pada Batik Roro Jongrang
Jogja sudah memiliki sistem otorisasi yang baik. Bagian gudang yang
mengotorisasi pembuatan Surat Permintaan Pembelian dan Bagian pembelian
mengotorisasi pembuatan Surat Order Pembelian.
b)
Belum adanya dokumen yang mendukung mengenai proses penerimaan barang. Tetapi
pada Batik Roro Jongrang Jogja belum terdapat dokumen yang mendukung mengenai
proses penerimaan barang.
c) Pencatan dalam Jurnal Pengeluaran Kas sebaiknya didasarkan
atas Bukti Kas Keluar yang telah mendapat otorisasi dari bagian akuntansi
dengan melampirkan dokumen pendukung yang lengkap. Sistem pengendalian internal
mengharuskan setiap pencatatan ke dalam catatan akuntansi didasarkan pada
dokumen yang diperoleh dari sumber yang telah diotorisasi oleh bagian yang
berwenang serta melampirkan dokumen pendukung Lengkap.Sistem pengendalian
intern mengharuskan setiap pencatatan ke dalam catatan akuntansi didasarkan
pada dokumen dari sumber yang diotorisasi oleh bagian yang berwenang dan
dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap dan telah diproses melalui
sistem otorisasi yang berlaku.
2.8. Praktik yang Sehat
a) Batik
Roro Jongrang Jogja dalam Surat atau Dokumen yang dipergunakan sudah bernomor
urut. Setiap surat atau dokumen yang dipergunakan oleh perusahaan telah memakai
nomor cetak berurut.
b) Dokumen atau Surat yang dipertanggungjawabkan dengan baik
oleh masing-masing bagian dalam perusahaan. Setiap dokumen atau surat yang
dipergunakan oleh perusahaan telah dipergunakan dengan baik oleh masing-masing
bagian, seperti Surat Permintaan Pembelian yang dipertanggungjawabkan oleh
bagian gudang serta Surat Order Pembelian yang Dipertanggung jawabkan oleh
bagian pembelian.
2.9.Sistem
dan Prosedur Pembelian Bahan Baku yang Diusulkan
Hasil
penelitiaan menyatakan bahwa sistem dan prosedur pembelian bahan baku secara
tunai yang dilakukan oleh Batik Roro Jongrang Jogja sendiri masih sederhana,
maka peneliti mengusulkan atau menyarankan untuk perlu memperbaiki sistem dan
prosedur pembelian Berikut ini merupakan usulan mengenai bagian yang terkait
dalam sistem pembelian bahan baku pada Batik Roro Jongrang Jogja:
1. Penjelasan Sistem dan Prosedur Pembelian Bahan Baku yang
Diusulkan
Sistem
dan prosedur pembelian bahan bakuBatik Roro Jongrang Jogja sebaiknya melalui
beberapa tahapan yang telah ditetapkan pada alur transaksi pembelian perusahaan
kepada supplier.
2. Bagian-bagian yang diusulkan pada sistem dan prosedur
pembelian bahan baku adalah sebagai berikut :
Bagian
yang penting seperti bagian akuntansi bertugas untuk melakukan semua pencatatan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh perusahaan termasuk pencatatan atas
pembelian bahan baku dan bagian penerimaan bertugas untuk melakukan pengecekan
atas jumlah dan kualitas pada penerimaan barang yang diterima dari supplier
guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan
3. Dokumen yang Digunakan Dalam Prosedur Pembelian yang
Diusulkan
Dokumen
yang digunakan dalam prosedur pembelian adalah dokumen yang dibuat oleh bagian
penerimaan mengenai laporan setelah menerima barang dari supplier dan kecocokan
dengan order yang dipesan oleh perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas maka dapat saya simpulkan bahwaLuayi, 2013 mengatakan bahwa
berdasarkan teori yang ada, persediaanbahan baku merupakan persediaan barang-barangyang
berwujud yang digunakan dalamproses produksi, barang mana dapat diperolehdari
sumber-sumber dibeli dari supplier pabrikyang menggunakannya.
Menurut
{Henry Simamora (2000:288) dalam Mudrichah,2005}mengatakan bahwa tujuan
pengendalian internal ataspersediaan adalah untuk memastikan bahwa persediaan
diamankan dandilaporkan secara benar dalam laporan keuangan.
Penerapan pengendalian intern pada Sistem pembelian bahan
baku yang masih sederhana dan kurang baik sering menghambat perusahaan dalam
kegiatan produksinya. Batik
Roro Jongrang Jogja merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi batik, dimana dalam kegiatan operasionalnya menerapkan pengendalian
intern yang lemah pada sistem pembelian bahan baku.
3.1.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, penulis berusaha memberikan saran kepada Batik Roro Jongrang
Jogja yang mungkin bermanfaat dalam mengatasi kelemahan yang terdapat dalam
penerapan pengendalian intern persediaan bahan baku. Adapun saran yang dapat
diberikan oleh penulis adalah: sebaiknya perusahaan melakukan pembentukan
komite audit, hal ini dilakukan untuk memperkuat independensi yang dipercaya
untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh pihak
manajemen.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Mudrichah.2005.”sistem akuntansi persediaan bahan baku pada pt.
sinar lendoh terang ambarawa”.Semarang.FE UNES.
Luayi, Sri.
2013. “evaluasi sistem pengendalian intern persediaan bahan baku untuk
memperlancar proses produksi ( studi kasus pada pr. kn jaya sentosa kediri)”.Kediri.FE UNISKA. cendekia akuntansi Vol. 1 No. 1. ISSN 2338-3593.
Selvianti,
Eva. 2014. “pengendalian intern
persediaan bahan baku untuk kelancaran produksi pada pt. graphika beton”.FE
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Aryani,
Intan retno.2013.” evaluasi sistem pengendalian intern atas
pembelian bahan baku pada konveksi ranny collection klaten”.Yogyakarta.FE UNY.
Abriandi,
Irene Kristiani. 2013. “analisis penerapan sistem pengendalian internal atas
penggunaan persediaan bahan baku terhadap laba pada pt anugrah spectra glass”.Jakarta.Institut Teknologi dan Bisnis
Kalbe.JMA Vol. 18 No. 2.
Rizki, Ahmad Fitrian. 2006. “peranan system informasi akuntansi
persediaan bahan baku dalam menunjang kelancaran proses produksi”.Bandung.FE
Universitas Widyatama.
Sianipar, Poltak.Handayani ,Siti Ragil. Azizah,Devi Farah.”Evaluasi pengendalian intern pada sistem pembelian bahan baku (studi
pada pt. fifatex pekalongan, jawa tengah)”.Malang.Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
Rapina dan
Chrisyanto, Leo. 2011.”peranan sistem
pengendalian internal dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
operasional pada siklus persediaan dan pergudangan (studi kasus pada
pt.ultrajaya milk industry & trading company tbk bandung)”.Akurat
Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 06 Tahun ke-2.
Purawaningsih, Novi Indah.” evaluasikebutuhan sistem informasi akuntansi pada proses pelaporan sistem
produksi perusahaan manufaktur (studi kasus pt. multi teknik mandiri)”.Bekasi.FE Gunadarma.
Suroso.”kedudukan dan fungsi internal auditor dalam perusahaan”.Medan.FE Universitas Pembangunan
Panca Budi.
Rachmawati Sanovi dan
Hatoni,Sapto Damandari. 2006.” Evaluasi
Sistem rpengendalian intern persediaan barang jadi dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi operasi pada PT Compotec Internasional”.Jurna
Ilmiah Ranggagading.Vol.6 No.2:81-87.
Sulastri, Reni Endang dan
Hidayatul Ihsan. 2005. “efektivitas
penerapan sistem pengendalian intern (spi) pada usaha keeil menengah (ukm) di
kota padang”.Padang.Jumal Akuntansi Vol 1 No.1.
Suyono, Eko dan Eko
Hariyanto. 2012. Relationship between Internal Control, Internal Audit, and
Organization Commitment with Good Governance: Indonesian Case.
Tambunan, Anastasia Octavia.
2009. Analisis pengaruh marketing appeals, accountability dan self awareness
terhadap keinginan berdonasi (studi pemasaran terhadap organisasi charity).
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Ruzanna Amanina. (2011). Evaluasi
terhadap Sistem Pengendalian Intern pada Proses Pemberian Kredit Mikro pada PT.
Bank Mandiri (Persero).Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP.
Susi Estiyari. (2011). Evaluasi
Sistem Pengendalian Intern Prosedur Penagihan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Wates. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi UNY.
Agnia Hidayani. (2009). Evaluasi
Pengendalian Internal atas Kegiatan Pengelolaan Persediaan pada PT. X.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonusa Esa Unggul.
Apriyandhani, Gita. 2013. Sistem
Pengendalian Internal Pada Pengelolaan Persediaan di Toko Tanabang Jilbab Malang.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Sulistyawati,
Ike. 2013. Sistem Pengendalian Intern Pembelian Bahan Baku dalam Menunjang
Kelancaran Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Suri Tani Pemuka Unit Aquafeed
Banyuwangi.
Zamzami,
Bani. 2012. " Analisis Efektifitas Sistem Pengendalian Intern Pada
Sistem Penggajian PT TASPEN (PERSERO) JAKARTA ". Badan Penerbit
Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar