Minggu, 10 Januari 2016

AUDIT MANAJEMEN SIKLUS PRODUKSI PADA PT.PINDAD (PERSERO) (AGNES MAULIDYA ISWARI - B200120382)

AUDIT MANAJEMEN SIKLUS PRODUKSI
PADA PT.PINDAD (PERSERO)

Description: D:\UMS-Surakarta.png


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir Pengauditan Manajemen

Disusun oleh :
AGNES MAULIDYA ISWARI
B 200 120 382

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

A.    Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang semakin ketat menimbulkan adanya perubahan besar dalam hal persaingan bidang produksi, pemasaran, penngelolaan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki perusahaan, serta hubungan yang baik antara perusahaan dan konsumen serta perusahaan dengan pesaingnya. Perusahaan manufaktur juga salah satu perusahaan yang dituntut untuk terus bertahan di tengah persaingan perusahaan lain. Perusahaan yang lamban dalam dalam persaingan adalah perusahaan yang kurang merespon persaingan pasar dan strategi yang digunakan tidak efektif, sehingga hasil produk dan penjualan menurun.
Perusahaan manufaktur sering dihadapi dengan tuntutan permasalah untuk selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, Perusahaan juga sering mengalami permasalahn dari karyawan yang menuntut akan kenaikan gaji, perusahaan juga dituntut untuk mengembalikan laba yang tinggi dengan tingkat pengembalian yang secepatnya. 
Penetapan standaar dan target produksi dalam perusahaan sangat diperlukan sebagai pembanding dengan hasil akhir yang diperoleh. Oleh karena itu, dalam proses produksi diperlukan evaluasi dengan mencocokan target awal dan hasil akhir. Kegiatan ini dinamakan audit operasional.  Kegiatan operasional perusahaan bisa dikatakan efisien apabila menghasilkan suatu produk atau hasil kerja tertentu dengan penggunaan sumber daya dan dana yang ada dengan serendah mungkin (Mardiasmo, 2002:132). Efektivitas itu sendiri merupakan ukuran dari suatu organisasi atau perusahaan dalam mencapai tujuannya (Mardiasmo, 2002:134). Hasil audit operasional menyajikan informasi tentang objek audit yang memungkinkan untuk dilakukan perbaikan pada masa yang akan datang serta untuk mencegah adanya berbagai kerugian pada kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan pada masa yang akan datang (Bayangkara, 2013:3).
PT Pindad merupakan peru­sahaan Industri Manufaktur Indo­nesia yang bergerak dalam bi­dang produk militer dan pro­duk komersial. Kegiatan PT. PINDAD mencakup desain dan pengembangan, rekayasa, per­akitan dan fabrikan serta pera­watan. PT. Pindad beralih status menjadi PT. Pindad (Persero) yang langsung berada dibawah pembinaan Kementerian Negara BUMN. PT Pindad (Persero) akan segera memproduksi ekskavator Excava 200 sesuai dengan pesanan dari sejumlah kementerian. Setidaknya sudah 600 unit dipesan oleh Kementerian PUPR dan BUMN untuk tahun 2016. Untuk modal kerja tersebut, Pindad mengaku butuh Rp 300 miliar.

B.     Landasan Teori
Auditing
            pengawasan dan pengendalian yang memadai diperlukan untuk memastikan apakah prosedur operasional sudah berjalan dengan baik atau belum. Auditng dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban manajemen terhadap phak yang terkait denga perusahaan. Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2008:4), auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.
Audit Manajemen Fungsi Produksi dan Operasi
            Audit produksi dan operasi melakukan penilaian secara komprehenfif keseluruhan fungsi ini apakah sudah berjalan dengan memuaskan (ekonomis, efektif, efisien). Audit ini lakukan tidak hanya terbatas pada unit produksi tetapi berlaku juga untuk keseluruhan proses produksi dan operasi. Audit ini juga berperan untuk melengkapi fungsi pengendalian kualitas. Beberapa alasan yang dilakukan untuk melakukan audit ini : 1) proses operasi dan produksi harus berjalan sesuai dengan prosedur, 2) kekurangan dan kelemahan yang terjadi harus ditemukan sehingga dapat diperbaiki, 3) konsistensi berjalannya proses harus diungkapkan, 4) pendekatan proaktif harus menjadi dasar dalam peningkatan proses, 5) berjalanya tindakan korekif harus mendapat dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. (Bayangkara, 2008:117).
Unsur-unsur auditing
            Menurut Mulyadi (2013:9) unsur-unsur auditing meliputi: suatu proses sistematik, untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, menetapkan tingkat kesesuaian, kriteria yang telah ditetapkan, penyampaian hasil (atestasi), pemakai yang berkepentingan. 
Jenis Audit     
            Pembagian jenis audit bertujuan untuk menentukan tindak lanjut apa yang sesuai dengan proses evaluasi yang akan dilakukan. Menurut Jusup (2010:15) jenis audit dibedakan menjadi 3, yaitu: audit laporan keuangan, audit kesesuaian, audit operasional.
Audit operasional
              Definisi dari audit operasional selalu mengarah pada konsep efisiensi (penggunaan sember daya yang ada dengan baik) dan efektivitas (pencapaian tujuan yang telah ditetapkan). Audit operasional mengkaji setiap bagian prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dan hasil akhirnya berupa rekomendasi yang digunakan untuk perbaikan operasi (Jusup, 2010:16).
Tujuan dan elemen tujuan audit operasional
            Dalam pelaksanaannya, audit operasional memiliki tujuan dan elemen tujuan. Menurut Bayangkara (2013:4), tujuan audit operasional mengidentifikasi kegiatan dan program yang masih memerlukan perbaikan yang kemudian diberikan rekomendasi yang bisa digunakan untuk perbaikan di masa yang akan datang, sedangkan elemen tujuan audit menurut Bayangkara (2013:24) ada 3, yaitu kriteria, penyebab dan dampak.


Manfaat audit operasional
            Audit operasional memberikan manfaat bagi manajemen, Menurut Tunggal (2000:14-15) manfaat audit operasional adalah memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk mengambil keputusan, membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan, dan pengendalian, memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana-rencana, prosedur, serta persyaratan peraturan pemerintah, mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil.
Ruang Lingkup Audit Operasional    
 Ruang lingkup dari audit operasional lebih luas dibandingkan dengan audit laporan keuangan. Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2002), ruang lingkup audit operasional dalam perusahaan bisnis meliputi seluruh kegiatan dari suatu departemen, cabang, atau divisi, atau suatu fungsi yang mungkin merupakan fungsi lintas unit usaha, seperti pemasaran atau pengolahan data.
Tahap-tahap audit operasional
Ada beberapa tahapan yang harus dijalankan dalam audit operasional.  Menurut Bayangkara (2013:9-11), secara garis besar tahap-tahap audit operasional dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: audit pendahuluan, review dan pengujian pengendalian manajemen, audit terinci, pelaporan, tindak lanjut.

Produksi
Produksi merupakan “proses penggabungan masukan (input) dan mengubahnya menjadi keluaran (output)” (Case dan Fair (2007:143)). Produksi dilakukan untuk mengubah nilai guna suatu barang melalui proses. 
anggaran 
Anggaran memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan karena dengan adanya anggaran, perusahaan mampu memperkirakan bagaimana perencanaan perusahaan akan dibuat. Menurut Hansen dan Mowen (2001:714), “Anggaran adalah bentuk dari rencana yang dinyatakan dalam istilah fisik atau keuangan atau keduanya”.
            PEMBAHASAN
PT Pindad tergolong BUMN sehat. Itu terlihat dari kondisi keuangannya yang relatif stabil selama lima tahun terakhir. Pada 2005 keuntungan Pindad ter­catat Rp 17,2 miliar. Tahun 2006 sempat turun menjadi Rp 14,3 miliar, tapi tahun 2007 naik lagi menjadi Rp 17,1 miliar. Fluktuasi keuangan Pindad terjadi kembali di tahun 2008 dengan penurunan secara drastis sampai Rp 5,9 miliar. Kemudian dua tahun berikutnya perusahaan ini memacu kinerjanya sehingga men­cetak keuntungan me­lam­bung. Di tahun 2009 mencapai Rp 28 miliar, dan Rp 34,2 miliar pada 2010.
Perjalanan bisnis Pindad bukannya lepas dari kendala. Untuk melancarkan usahanya, perusahaan pelat merah ini berharap kepada pemerintah bisa memberikan tambahan mo­dal usaha selama 2011-2025 sekitar Rp 332 triliun. Jum­lah ini lebih tinggi dari anggaran ren­cana strategi (Renstra) yang ditetapkan Kementerian Pertahanan.
Khusus mengenai permodalan, selain mengharapkan adanya kenaikan anggaran, Pindad juga mengharapkan adanya penyer­taan modal negara(PMN) berupa cash, dan non cash. Untuk non cash, Pindad meng­harapkan dilakukannnya kon­versi utang jangka panjang senilai Rp 277 miliar menjadi PMN. Utang jangka panjang tersebut terdiri dari utang SLA (Sub­sidiary Loan Agreement) sekitar Rp 229 miliar, RDI (Rekening Dana Investasi) Rp 40,28 miliar, dan utang eks bank Bumi Daya sekitar Rp 7,8 miliar. Pemerintah seyogyanya memperhatikan permintaan PT. Pindad terkait kenaikan angga­rannya selama 15 tahun ke de­pan sebesar Rp 6,3 triliun per ta­hunnya, demi kemajuan industri pertahanan dalam negeri.
Cara mengatasi
Pindad telah membuat tiga strategi utama. Pertama, bussines integration, dimana dalam strategi ini Pindad akan menjadikan bisnis alutsista sebagai backbone, mengem­bang­kan bisnis komersial yang terkait dengan teknologi alutsista, dan meninggalkan bisnis peralatan industrial yang tidak meng­un­tungkan dan sulit dikembangkan. Kedua, memfokuskan alutsista untuk kavaleri, dan artileri. Ketiga, membangun keunggulan operasional melalui restruktu­risasi sistem bisnis, re­struk­turisasi permodalan, rightsizing SDM, perbaikan lini produksi, dan membangun aliansi strategis dengan industri dalam dan luar negeri.

C.    Kesimpulan
Terkait hasil-hasil yang telah dibahas sebelumnya, direkomendasikan beberapa hal yang dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk memenuhi kekurangan modal untuk memproduksi di PT. Pindad
Dengan kondisi tersebut, pemerintah melalui Kementerian BUMN akan mengambil kebi­jakan dan strategi untuk mening­katkan kinerja PT Pindad. Sejauh ini ada lima strategi ke­bijakan yang telah disusun untuk meningkatkan kinerja industri per­tahanan yaitu membuat ke­bijakan-kebijakan yang berpihak kepada industri strategis, mem­buat standarisasi bagi setiap perusahaan yang mau mempro­duksi alutsista, membuat sistem kebijakan satu pintu, memper­baiki masalah keuangan dan ang­garan, dan melakukan pengem­bangang SDM. Pindad bisa saja mengajukan tambahan dana 6,3 triliun per tahun, asalkan pindad bisa memberikan jaminan untuk pertahanan militer dalam negeri.




DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim.(2003). Auditing. Yogyakarta: Akad- emi Manajemen Perusahaan YKPN.
Arens, A.A, R.J. Elder and M.S. Beasley. 2008. Auditing and Assurance Services an Integrated Approach. 12th Edition. New Jersey: Person Education, Inc.
Arman Hakim Nasution dan Yudha Prasetyawan. (2008). Perencanaan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit LPFE Universitas Indonesia.
Bayangkara, IBK. 2013. Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
Boyton, W.C, R.N. Johnson, dan W.G. Kell. 2002. Modern Auditing. New York: Ronald Press Publication, John Wiley and Sons, Inc. Jilid I. Edisi 7. Dialihbahasakan oleh Rajoe, P.A, Gania, G, Budy, I.S. Jakarta: Erlangga.
Cahyati  Widasari. (2009). Audit Manajemen atas Fungsi Produksi pada Perusahaan Manggala Glove Kasihan Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta FISE.
Case, E.K, dan R.C. Fair. 2007. Principle of Economics. New Jersey: Person Education Inc., Jilid 1. Edisi 8. Dialihbahasakan oleh Bertan, M. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Haryono Yusuf. (2001). Auditing. Yogyakarta: Ba- gian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Hendra Kusuma. (2004). Manajemen Produksi Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta: Andi Offset.
Indriantoro, N, dan B. Supomo. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Indriyo Gitosudarmo. (2007). Manajemen Operasi. Yogyakarta : BPFE.
Jay Heizer Dan Barry Render. (2005). Operation Management: Manajemen Produksi. Jakarta: Salemba Empat.
Jusup, A.H. 2010. Auditing(Pengauditan). Yogyakarta: STIE YKPN.
Mulyadi. 2013. Auditing. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Simamora, H. 2006. Akuntamsi Manajemen. Yogyakarta: STIE YKPN.
Murdifin Haming dan Mahafud Nurjamuddin. (2007). Manajemen Produksi Modern Operasi Faktur dan Jasa. Jakarta: Bumi Aksara.

Mustikawati, Maipan. (2012). “audit manajemen atas fungsi produksi”. Jurnal nominal volume 1 no.1. hlm 65-83.

Nanang Kurniawan. (2009). Audit Manajemen Un- tuk Menilai Efektivitas dan Efisiensi atas Fungsi Produksi pada Perusahaan Batik Plen- tong Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta FISE.
Sahara, sudjana & nuzula. (2015). “analisis audit operasional untuk menilai efisiensi dan efektivitas produksi”. Jurnal administrasi bisnis volume 2 no.1. hlm 1-6.
Usry, M.F. 2006. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar