Rabu, 13 Januari 2016

PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TELAH GO PUBLIC DI BEI (SUBANDONO/B200120418) UMS



PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE  PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TELAH GO PUBLIC DI BEI





Disusun Oleh :
                                                            Nama;  Subandono
                                                            NIM  ; B200120418  
                                                            KELAS D      




PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015




LATAR BELAKANG


Penerapan corporate  governance didasarkan pada teori agensi. Agensi teori mengakibatkan hubungan  yang  asimetri antara pemilik dan pengelola untuk menghindari terjadi hubungan  yang  asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan menjadikan perusahaan menjadi lebih baik dan sehat dengan keempat prinsipnya yaitu transparency, accountability, fairness, dan responsibility.
Teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik. Manajemen sebagai agen ,secara  moral  bertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan  yang  berbeda  di  dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang  dikehendaki  (Irfan,  2002)  sehingga munculah informasi asimetri antara manajemen (agent)  dengan pemilik  (principal)  yang  dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba  ( earnings  management )  dalam rangka menyesatkan pemilik (pemegangsaham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
Dibutuhkan pengawasan yang efektif oleh pihak-pihak yang berkaitan dalam pengelolaan perusahaan. Salah  satu pihak  yang merupakan bagian terpenting dariterlaksananya konsep  GCG  ini adalah dewan komisaris  yang  terdiri dari komisaris independen.  Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Egondalam  FCGI,  2008)  karena dewankomisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen,  sedangkan manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan dayas aing perusahaan,  sehingga dewan  komisaris dapat mengawasi segala tindakan manajemen dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen melakukan earnings management  atau manjemen laba. Menurut Hastuti  (2005)  bahwa perusahaan sebagaian besar melakukan manajemen laba melalui income decreasing. Hal ini diduga dilakukan untuk kepentingan penghindaran pajak.

Kebutuhan untuk menerapkan prinsip  GCG  adalah bagian penting dalam setiap transaksi perbankan.  Bank  Indonesia selaku   regulator  lembaga perbankan telah mengeluarkan banyak peraturan yang terkait langsung dengan upaya penerapan GCG salah satu nya adalah dengan mengeluarkan peraturan No. 8/4/PBI/2006  tanggal 30 Januari 20063 tentang Pelaksanaan Good  Corporate  Governance  bagi  bank  umum  yang  selanjutnya diubah dengan Peraturan No. 8/14/PBI/2006  tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum(FCGI, 2008).
konsep  good  corporate  governance diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memonitor kinerja bank dan untuk memberikan keyakinan kepada para investor  bahwa mereka akan menerima return yang  sesuai dengan investasi  yang  telah ditanamkannya.



PEMBAHASAN

a.       Proporsi KomisarisIndependendanManajemenLaba
Famadan  Jensen  (1983) dalam Ujiyantho danPramuka  (2007) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris independen)  dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan  yang  terjadi diantara para manajer  internal  dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.  Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar  tercipta perusahaan yang good corporate governance. Beasley  (1996)  dalam Isnanta  (2008)  menyarankan bahwa masuk nyadewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitiannya juga melaporkan bahwa komposisi dewan komisaris lebih penting untuk mengurangi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan, dari pada kehadiran komite audit. Analisis  lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik komisaris  yang  berasal dari luar perusahaan  (outsider  director)  juga berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.
b.      Ukuran Dewan Komisaris dan ManajemenLaba
Penelitian mengenai ukuran dewan komisaris telahdilakukan diantaranya adalah oleh Ujiyantho dan Pramuka  (2007)  yang  mengambil sampel perusahaan sektor manufaktur yang  terdaftar  di  BEJ  selama tahun  2002 -2004,  menguji pengaruh keberadaan dewan komisaris terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan Pramuka mengemukakan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan  tetapi efektivitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai,  norma dan kepercayaan  yang  diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen
c.       Keberadaan Komite Audit dan Manajemen Laba
Berdasarkan peraturan  BI No.8/4/PBI/2006 menyatakan tentang tugas komite  audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit  serta pemantauan atas tindaklanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan  proses pelaporan keuangan. Wedari  (2004) menguji pengaruh interaksi antara dewan komisaris dan komite audit terhadap praktik manajemen laba. Dengan menggunakan sampel perusahaan non  financialyang  listing di BEJ untuk tahun 1994 hingga 2002, Wedari menunjukkan interaksi dewankomisaris dengan komite audit justru berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Penelitian  Veronica  dan Utama  (2005) menguji pengaruh keberadaan komite  audit dalam perusahaan terhadap manajemen laba.  Penelitian tersebut melaporkan bahwa variabel keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan, artinya keberadaan komite  audit  tidak mampumengurangi manajmen laba  yang  terjadi diperusahaan.





KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan  yang  dilakukan sebelumnya,  diperoleh simpulan bahwa Variabel independen dalam pembahasan ini  yang  diukur menggunakan proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel pengukuran tersebut tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, hal ini dikarenaka npenerapan corporate governance yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan sampel disebabkan karena untuk pemenuhan regulasi saja. Selain itu, penerapan  corporate  governance masih merupakan hal  yang  baru  di  Indonesia  dan efek dari penerapan  corporate  governance  tersebut baru dapat dirasakan  dalam jangka waktu panjang.
Adapun  saran  yang  ingin penulis berikan untuk para peneliti selanjutnya maupun perusahaan adalah sebagai berikut:
1.      Menambah periode penulis menjadi lebih panjang agar efek dari mekanisme corporate governance dapat lebih dirasakan dalam mengurangi manajemen laba di perusahaan.
2.      Bagi perusahaan diharapkan dapat menerapkan GCG di dalam perusahaannya dan  yang  sudah menerapkan  GCG  diharapkan penerapan  GCG  tersebut sesuai dengan tujuan dikeluarkannya GCG  yaitu  agar  terciptanya perusahaan  yang  sehat dan bersih.








REFERENSI

Alijoyo,  Antonius dan SubartoZaini,  2004. Corporate governance  suatu pengantar: peranan dewan komisaris dankomite  audit  dalam pelaksanaan  corporate governance. Indeks: Jakarta.
Astuti,  2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba Di seputar Right Issue. Universitas Slamet Riyadi: Surakarta.
Effendi Arief, 2009.The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi. Salemba Empat:  Jakarta.
Handriyono.  2005.  Manajemen Laba (Earning  Management) dan Pemilihan Metode Akuntansi Pada Saat  IPO  (StudiPada  Bursa  Efek  Jakarta) .  Jurnal Ekonomi Modernisasi.
Hastuti,  Theresia,  2005.  dalam Ayu  2006. Hubungan Antara  GCG  dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pertaan Laba  (Income  Smoothing) Pada  Perusahaan-Perusahaan  Go  Public.  Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No.2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar