AUDIT MANAJEMEN
ATAS FUNGSI PEMASARAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO)
PAPER
ARIFAH YUNIATI
B 200 120 345
D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
LATAR BELAKANG
Fungsi
pemasaran merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan volume
penjualan perusahaan. Fungsi pemasaran di dalam suatu perusahaan adalah untuk
mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen, menentukan pangsa pasar yang
tepat, menentukan produk yang dibuat, harga serta promosinya dan memuaskan para
konsumen. Dalam hal ini, diperlukan strategi pemasaran yang baik,
kebijakan-kebijakan yang tepat, sehingga dapat meningkatkan volume penjualan
dengan keuntungan yang optimal. Fungsi pemasaran harus dilaksanakan secara
efisien, ekonomis, dan efektif untuk mencapai suatu kondisi perusahaan yang
sehat karena fungsi ini biasanya mengarahkan sumber daya dalam jumlah yang
besar dan mrupakan fungsi yang menentukan volume penjualan perusahaan, sehingga
apabila terjadi penyimpangan akan mengakibatkan kerugian yang cukup material
dan mempengaruhi tingkat penjualan. Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan
penghematan ekonomi dari suatu pemasaran perusahaan diperlukan sebuah alat ukur
yaitu audit manajemen. Audit manajemen sangat berguna bagi pihak manajemen
perusahaan dalam menilai perfomasi kegiatan perusahaan. Menurut
Arens dan Loebbecke (2003:12) audit manajemen adalah evaluasi terhadap seluruh
prosedur dan metode organisasi perusahaan, dalam tujuan untuk mengevaluasi
tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan. Penekanannya adalah untuk mencapai
efisiensi yang lebih besar, efektivitas, dan ekonomisasi dalam usaha dan
organisasi lain. Audit manajemen bermanfaat untuk memberikan rekomendasi kepada
manajemen puncak dalam mengatasi permasalahan-permasalahan operasional yang ada
di perusahaan.
Dalam
makalah ini yang menjadi obyek adalah PT. Pertamina (Persero), bisa kita
ketahui selalu ada permasalahan yang dihadapi pertamina baik dalam aspek harga
BBM yang selalu mengalami kenaikan bahkan penurunan harga, maupun dalam
permasalahan distribusi yang mengalami kendala, serta sering pula terjadi
kelangkaan BBM di sejumlah daerah mengakibatkan beberapa SPBU tutup. Kelangkaan
terjadi akibat adanya pengurangan pasokan dari pertamina dan karena kinerja
fungsi layanan jual yang belum maksimal. Pada saat langka, rata-rata SPBU
menjual bensin hanya tiga sampai empat jam, antrian tampak semrawut karena
pengendara saling berebut untuk segera dilayani. Akibat kelangkaan, harga
bensin di tingkat pengecer melambung tinggi. Permasaahan yang sekarang
sementara diperbincangkan yaitu masalah ledakan tabung gas yang terjadi
dimana-mana yang juga menjadi tanggungjawab pihak pertamina. Dari
kejadian-kejadian itu muncul pertanyaan mengapa dan ada apa dibalik
permasalahan tersebut, untuk mengetahuinya dibutuhkan audit manajemen. Tetapi
dalam makalah ini hanya mengambil salah satu fungsi pemasaran saja yaitu pada
bagian BBM, baik BBM subsidi maupun nonsubsidi serta dikhususkan pada penjualan
BBM kepada SPBU. Dengan adanya audit manajemen terhadap fungsi pemasaran,
perusahaan mampu menguji dan menilai tujuan dan kebijakan pemasaran di tengah
permasalahan-permasalahan yang ada.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Audit Manajemen
Menurut
Arens, Elder, dan Beasley (2004:507) audit manajemen adalah penelaahan atas
efisien dan efektivitas organisasi.
Menurut
Carmichael dan John Wilingham (1996:625) manajemen audit adalah suatu
penelahaan sistematis terhadap aktivitas suatu organisasi tertentu dalam
hubungannya dengan tujuan-tujuan tertentu dengan maksud untuk menilai kegiatan,
mengidentifikasi berbagai kesempatan untuk perbaikan, mengembangkan rekomendasi
bagi perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
B.
Tujuan
Audit Manajemen
Tujuan
umum dari pemeriksaan manajemen menurut pandangan Agoes (2004:175), yaitu:
1.
Untuk menilai
kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.
2.
Untuk menilai
apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta, dan lain sebagainya)
yang dimiiki oleh perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3.
Untuk menilai
efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan
oleh top management.
4.
Untuk memberikan
rekomendasi kepada top manajemen untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
terdapat dalam penempatan pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen
dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisien,
efektivitas, dan ekonomis dari kegiatan operasi perusahaan.
Menurut
Mulyadi (2002:32), tujuan audit manajemen adalah:
1.
Mengevaluasi
kinerja
2.
Mengidentifikasi
kesempatan untuk peningkatan
3.
Membuat
rekomendasi untuk perbaikan tingkat lanjut
C. Tahapan Audit Manajemen
Ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi lima menurut IBK Bayangkara dalam bukunya yang
berjudul “Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi” (2014:9) yang menyebutkan
lima tahapan audit manajemen, yaitu:
1.
Audit
Pendahuluan
Audit
pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap objek
yang diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap
berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang
diaudit, serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengidentifikasi
hal-hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Dari
informasi latar belakang ini, auditor dapat menentukan tujuan audit sementara (tentative audit objective). Dalam tahap
audit ini auditor dapat menentukan tujuan audit sementara.
2.
Review dan
Pengujian Pegendalian Manajemen
Pada tahapan ini
auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen objek
audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian manajemen dalam
mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini, auditor dapat
lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga dengan lebih
mudah dapat diketahui potensi-potensi terjadinya kelemahan pada berbagai
aktivitas yang dilakukan. Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang
telah dibuat pada audit pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemen ini
dapat mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit yang
sesungguhnya (definitive audit objective),
atau mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup
(sulit memperoleh) bukti-bukti untuk mendukung tujuan audit tersebut.
3.
Audit Terinci
Pada tahap ini
auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung
tujuan audit yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan pengembangan
temuan untuk mencari keterkaitan antar satu temuan dengan temuan yang lain
dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang
cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja
audit (KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang
diberikan.
4.
Pelaporan
Tahapan ini
bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang
diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk
meyakinkan pihak manajemen (objek audit) tentang keabsahan hasil audit dan
mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap
berbagai kelemahan yang ditemukan. Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan
temuan-temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan
rekomendasi). Rekomendasi harus disajikan dalam bahasa yang operasional dan
mudah dimengerti serta menarik untuk ditindak lanjuti.
5.
Tindak Lanjut
Sebagai tahap
akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk mendorong pihak-pihak
yang berwenang untuk melaksanakan tindak lanjut (perbaikan) sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan
manajemen melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
Oleh karena itu, rekomendasi yangb disajikan dalam laporan audit seharusnya
sudah merupakan hasil diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan
tindakan perbaikan tersebut. Suatu rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek
audit akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit
menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi yang diberikan tidak ditindak
lanjuti oleh pihak yang diaudit.
D. Pengertian Strategi
Menurut
Morrisey (1995:45), strategi adalah proses untuk menentukan arah yang harus
dituju oleh perusahaan agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong yang akan
membantu perusahaan dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya di masa depan.
Effendy
(2008:29), strategi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan dengan
perencanaan dan manajemen.
Supriyono
(2005) menyimpulkan strategi sebagai berikut:
1.
Strategi
perusahaan adalah suatu kesatuan rencana perusahaan yang terpadu dan diperlukan
untuk mencapai tujuan perusahaan.
2.
Dalam menyusun
strategi perlu dihubungkan dengan lingkungan perusahaan karena faktor
lingkungan menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Menurut
Nickels dan McHugh dalam Sule (2010:8), terdapat beberapa fungsi manajemen
diantaranya adalah perencanaan, pengorganisasian, pengimplementasian, serta
pengendalian dan pengawasan.
Menurut
Richard M.S.Wilson (1991), struktur audit pemasaran terdiri dari 3 langkah
diagnostik utama yang rinci, yaitu:
1.
Lingkungan organisasi (peluang dan ancaman),
didesain untuk menetapkan berbagai dimensi dari lingkungan pemasaran,
kemungkinan cara dimensi tersebut akan berubah dan dampak yang mungkin dari
perubahan tersebut terhadap organisasi.
2.
Sistem
pemasarannya (kekuatan dan kelemahan), suatu penilaian sejauh mana sistem
pemasaran organisasi mampu berhubungan dengan tuntutan lingkungannya.
3. Aktivitas pemasaran, mencakup suatu penelaahan komponen individual dari bauran pemasaran.
E. Pengertian Audit Manajemen Fungsi Pemasaran
Menurut
Widyatama (2007:30), pemasaran merupakan proses sosial dimana individu atau kelompok menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu atau
kelompok lainnya guna mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Menurut
Siagian (1997:179) audit pemasaran adalah suatu penelitian yang sifatnya
sistematik dan menyeluruh serta dilakukan secara berkala mengenai keseluruhan
segi pemasaran dengan maksud memperoleh gambaran yang akurat tentang berbagai
permasalahan yang harus dipecahkan dan peluang yang dapat dimanfaatkan demi
peningkatan kinerja dibidang pemasaran itu. Sedangkan audit pemasaran menurut
Kotler dan Amstrong (2008) menyatakan bahwa audit pemasaran adalah pemeriksaan
lingkungan, sasaran, strategi, dan aktivitas perusahaan secara lengkap,
sistematis, independen, dan periodik untuk menentukan bidang masalah dan
peluang serta merekomendasikan rencana tindakan untuk memperbaiki kinerja
pemasaran.
- Marketing mix (bauran pemasaran) adalah kombinasi dari variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Dengan kata lain Marketing mix adalah kumpulan dari variabel yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk dapat mempengaruhi tanggapan konsumen, (Sumarmi dan Soeprihanto, 2010:274)
- Variabel-variabel marketing mix:
1. Produk
Menurut Kasmir
(2009:51) produk adalah sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen.
2. Harga
Menurut
Mc.Daniel dkk (2001:56) harga adalah apa yang harus diberikan oleh pembeli
untuk mendapatkan suatu produk.
3. Promosi
Menurut Anoraga
(2004) promosi adalah salah satu dari bauran pemasaran yang besar peranannya.
Sedangkan menurut Basu Swastha (1996:237) promosi adalah arus informasi atau
persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi
kepada tindakan yang menciptakan perkiraan dalam pemasaran.
4. Tempat
Tempat
menunjukkan berbagai kegiatan yang di lakukan perusahaan untuk menjadikan
produk dapat diperoleh dan tersedia bagi perusahaan. Tempat seringkali ikut
menentukan kesuksesan perusahaan, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar
potensial sebuah perusahaan, (Fandy Tjiptono, 1996).
F. Ruang Lingkup Audit Manajemen Fungsi Pemasaran
IBK
Bayangkara (2014:117) menyebutkan bahwa audit pemasaran dapat mencakup enam
wilayah utama dalam pemasaran sebagai berikut:
1.
Audit Lingkungan
Pemasaran
Audit terhadap lingkungan
pemasaran mencakup penilaian terhadap pelanggan, pesaing,dan berbagai faktor
lain yang memiliki pengaruh terhadap perusahaan. Audit ini meliputi aspek
lingkungan makro seperti aspek lingkungan makro seperti ekonomi, teknologi,
sosial, dan politik.
2.
Audit Lingkungan
Pemasaran
Audit ini
bertujuan untuk menentukan bahwa perusahaan telah menetapkan strategi yang
selaras dengan tujuannya, sesuai dengan ingkungan yang dihadapi. Sering terjadi
bahwa tujuan dan strategi perusahaan tidak secara jelas dinyatakan dan kemudian
auditor harus menentukan pernyataan tujuan untuk kepentingan pengevaluasiannya.
3.
Audit Organisasi
Pemasaran
Audit ini
menilai kemampuan organisasi pemasaran dalam mencapai tujuan perusahaan. Audit
ini menentukan kemampuan tim pemasaran untuk secara efektif berinteraksi dengan
bagian-bagian lain seperti litbang, keuangan, pembelian, dan sebagainya.
4.
Audit Sistem
Pemasaran
Audit ini
menganalisis prosedur yang digunakan perusahaan untuk memperoleh informasi
perencanaan dan pengendalian operasi pemasaran. Hal ini berhubungan dengan
penilaian apakah perusahaan telah memiliki metode yang memadai atau tidak,
untuk digunakan mengerjakan tugas-tugas rutin di bidang pemasaran.
5.
Audit
Produktivitas Pemasaran
Audit ini
menganalisis produktivitas dan profitabilitas produk, kelompok pelanggan, atau
unit analisis yang lain di dalam pemasaran. Analisis biaya pemasaran adalah
salah satu metode untuk menganalisis profitabilitas dan produktivitas
pemasaran.
6.
Audit Fungsi
Pemasaran
Audit ini
merupakan audit vertikal atau analisis secara mendalam terhadap setiap elemen
bauran pemasaran seperti produk, harga, distribusi, tenaga penjual, periklanan,
promosi, dan lain-lain.
G.
Bentuk
Audit Pemasaran
Menurut Tunggal (2003) ada dua bentuk audit
pemasaran:
1. Audit eksternal berhubungan
dengan variabel yang tidak dapat dikendalikan, dimulai dengan suatu pengujian
informasi atas ekonomi umum dan kemudian berpindah pada pendangan atas
kesehatan dan pertumbuhan dari pasar yang dilayani oleh perusahaan.
2.
Audit internal
berkaitan dengan variabel yang dapat dikendalikan yang bertujuan untuk menilai
sumber daya organisasi bagaimana mereka berhubungan dengan lingkungan dan
berhadapan dengan sumber daya dari pesaing.
H. Alat Analisis yang Digunakan
Analisis
SWOT
Analisis
SWOT dapat digunakan sebagai salah satu alternatif tools di dalam melakukan audit pemasaran. Analisis SWOT dapat
membantu perusahaan dalam merumuskan strategi untuk mencapai keunggulan
bersaingnya. Perusahaan harus melakukan analisis terhadap lingkungan
pemasarannya untuk menentukan berbagai ancaman yang mungkin dihadapi dan
beberapa peluang yang mungkin untuk dikelola. Di samping itu, perusahaan juga
harus melakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahannya. Hasil analisis
pemasaran ini merupakan informasi penting yang digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan pada fungsi perencanaan pemasaran, implementasi
pemasaran, dan pengendalian pemasaran, menurut IBK Bayangkara (2014:121).
Empat
faktor dalam Analisis SWOT adalah sebagai berikut:
1.
Strength/Kekuatan
(S) adalah kemampuan internal yang menonojol dari sebuah perusahaan secara
relatif dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Strength merupakan suatu
kompetensi yang ada dalam perusahaan yang disajikan sebagai perbandingan dengan
competitor.
2.
Weakness/Kelemahan
(W) merupakan sifat-sifat dari suatu perusahaan yang cenderung mengurangi
nilai-nilai kompeten dan perbandingan dengan pesaing-pesaingnya.
3.
Opportunities/Peluang
(O) merupakan peluang-peluang yang ada dalam diri perusahaan atau
peluang-peluang yang dimiliki oleh perusahaan.
4. Threats/Ancaman
(T) merupakan kejadian-kejadian yang sangat mungkin terjadi yang dapat
mengakibatkan kerugian tertentu bagi perusahaan.
PEMBAHASAN
A. PROFIL PERUSAHAAN
Sebagai lokomotif perekonomian
bangsa pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang
energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina
menjalankan kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola
korporasi yang baik sehingga dapat berdaya saing yang tinggi di dalam era
globalisasi.
Dengan pengalaman lebih dari 55
tahun, pertamina semakin percaya diri untuk berkomitmen menjalankan kegiatan
bisnisnya secara profesional dan penguasaan teknis yang tinggi mulai dari
kegiatan hulu sampai hilir. Berorientasi pada kepentingan pelanggan juga
merupakan suatu hal yang menjadi komitmen pertamina, agar dapat berperan dalam
memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Upaya perbaikan dan inovasi sesuai
tuntutan kondisi global merupakan salah satu komitmen pertamina dalam setiap
kiprahnya menjalankan peran strategis dalam perekonomian nasional. Semangat
terbarukan yang dicanangkan saat ini merupakan salah satu bukti komitmen
pertamina dalam menciptakan alternatif baru dalam penyediaan sumber energi yang
lebih efisien dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Dengan inisiatif
dalam memanfaatkan sumber daya dan potensi yang dimiliki untuk mendapatkan
sumber energi baru dan terbarukan di samping bisnis utama yang saat ini
dijalankannya, pertamina bergerak maju dengan mantap untuk mewujudkan visi
perusahaan, menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.
Mendukung visi tersebut, pertamina
menetapkan strategi jangka panjang perusahaan, yaitu “Aggresive in Upstream, Profitable in Downstream”, dimana perusahaan
berupaya untuk melakukan ekspansi bisnis hulu dan menjadikan bisnis sektor
hilir migas menjadi lebih efisien dan menguntungkan.
Pertamina menggunakan landasan yang
kokoh dalam melaksanakan kiprahnya untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan
dengan menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang sesuai dengan standar global best practice, serta dengan
mengusung tata nilai korporat yang telah dimiliki dan dipahami oleh seluruh
unsur perusahaan, yaitu Clean,
Competitive, Confident, Customer-focused, Commercial dan Capable. Seiring
dengan itu pertamina juga senantiasa menjalankan program sosial dan
lingkungannya secara terprogram dan terstruktur, sebagai perwujudan dari
kepedulian seta tanggung jawab perusahaan terhadap seluruh stakeholdernya.
Sejak didirikan pada 10 Desember 1957,
pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas bumi di sektor hulu hingga
hilir. Bisnis sektor hulu pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di
Indonesia dan luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi,
produksi, serta transmisi minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi
dan produksi tersebut, pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan
pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas
bumi dan Coal Bed Methane (CBM).
Dalam pengusahaan migas baik didalam dan luar negeri, pertamina beroperasi baik
secara independen maupun melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja
yaitu, Kerja Sama Operasi (KSO), Joint
Operation Body (JOB), Technical
Assistance Contract (TAC), Indonesia Participating/Pertamina Participating
Interest (IP/PPI), Badan Opersi Bersama (BOB).
Aktivitas eksplorasi dan produksi
panas bumi oleh pertamina sepenuhnya dilakukan di dalam negeri dan ditujukan untuk
mendukung progarm pemerintah menyediakan 10.000 Mega Watt (MW) listrik tahap
dua. Di samping itu, pertamina mengembangkan CBM atau juga dikenal dengan gas
metana batubara (GMB) dalam rangka mendukung program diversifikasi sumber
energi serta peningkatan pasokan gas nasiona pemerintah.
Potensi cadangan gas metana
Indonesia yang besa dikelola secara serius yang dimana saat ini pertamina telah
memiliki 6 Production Sharing Contract
(PSC)-CBM. Sektor hilir pertamina meliput kegiatan pengolahan minyak
mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia,dan bisnis
perkapalan terkait untuk pendistribusian produk perusahaan. Kegiatan penolahan
terdiri dari: RU II (Dumai), RU III (Plaju), RU IV (Cilacap), RU V(Balikpapan),
RU VI (Balongan), RU VII (Sorong).
Selanjutnya, pertamina juga
mengoperasikan Unit Kilang LNG Arun (Aceh) dan Unit Kilang LNG Bontang
(Kalimantan Timur), sedangkan produk yang dihasilkan meliputi diesel, minyak
bakar dan Non BBM seperti pelumas, aspal, Liquefied
Petroleum Gas (LPG), Musicool, serta Liquefied
Natural Gas (LNG), Paraxylene, Propylene, Polytam, PTA dan produk lainnya.
B. STRATEGI MANAJEMEN PT PERTAMINA (PERSERO)
1.
Fokus
Menggunakan secara optimum berbagai kompetensi
perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.
2.
Integritas
Mampu mewujudkan komitmen ke dalam tindakan nyata.
3.
Visionary (berwawasan
jauh kedepan)
Mengantisipasi lingkungan usaha yang berkembang saat
ini maupun yang akan datang untuk dapat tumbuh dan berkembang.
4.
Excellence (unggul)
Menampilkan yang terbaik dalam semua aspek pengelolaan
usaha.
5.
Mutual
Respect (keselarasan dan kesetaraan)
Menempatkan seluruh pihak yang terkait setara dan
sederajat dalam kegiatan usaha.
C. MANAJEMEN RESIKO
1.
Klasifikasi,
Tujuan, Ruang Lingkup, dan Manfaat
I.
Klasifikasi
Resiko
Resiko perusahaan dapat diklasifikasikan
sebagai:
a. Resiko
Strategi, yang meliputi: resiko kegagalan eksplorasi dan eksploitasi, resiko
adanya produk substitusi BBM dan NBBM, resiko persaingan bisnis, resiko
kerugian anak perusahaan, resiko kerugian kerja sama strategis, resiko penugasan
dari pemerintah (PSO), resiko kegagalan marketing, resiko penurunan cadangan
minyak mentah, serta resiko yang timbul dari dampak adanya kebijakan/regulasi
pemasaran.
b. Resiko
Operasional, meliputi: kegagalan operasional kilang, resiko kelangkaan minyak
mentah dan produk minyak, resiko memproduksi migas, resiko kehandalan peralatan
(pasokan dan teknologi), resiko kesalahan proses, resiko bencana alam, resiko
ketidakpatuhan pada prosedur, resiko pemogokan kerja dan SDM, resiko kegagalan
penanganan lingkungan, resiko kesehatan dan keselamatan lingkungan serta
keselamatan proses, resiko perubahan situasi sosial, politik dan keamanan,
resiko persaingan pemasaran.
c. Resiko
keuangan, yang meliputi: resiko harga produk BBM dan NBBM, resiko transaksi
mata uang asing, resiko perubahan harga minyak mentah dunia, resiko
keterlambatan terbitnya SKOP, resiko perubahan nilai suku bunga, resiko
ketiadaan dana akibat keputusan pemerintah, resiko tidak tertagihnya piutang,
dan resikodari adanya regulasi keuangan dari pemerintah.
II.
Tujuan
Manajemen Resiko
Manajemen resiko bertujuan untuk
meminimalisasi resiko kerugian.
III. Ruang Lingkup Manajemen Resiko
Manajemen resiko sekurang-kurangnya
mencakup:
a. Mengidentifikasi
potensi resiko internal pada setiap fungsi/unit dan potensi resiko eksternal
yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
b. Mengembangkan
strategi penanganan pengelolaan resiko
c. Mengimplementasikan
program-program pengelolaan untuk mengurangi resiko
d. Mengevaluasi
keberhasilan manajemen resiko.
IV. Manfaat manajemen Resiko
Manfaat manajemen resiko adalah
memperkecil dampak kerugian dari ketidakpastian
dalam usaha.
2.
Kebijakan
Umum
Dalam menerapkan manajemen resiko
sekurang-kurangnya:
a. Memperhatikan
keselarasan antara strategi, proses bisnis, SDM, keuangan, teknologi, dan
lingkungan, dengan tujuan perusahaan.
b. Menetapkan
system dan prosedur standar manajemen resiko.
c. Menyiapkan
Penilai Resiko (risk assesor) yang
kompeten.
3.
Unsur-Unsur
Terkait
Penerapan manajemen resiko pada
dasarnya melibatkan unsur-unsur perusahaan dengan tanggungjawab sebagai
berikut:
a. Direksi dan
seluruh pekerja bertanggungjawab menggunakan pendekatan manajemen resiko dalam
melakukan kegiatannya sesuai dengan batas kewenangan dan uraian tugas (job description) masing-masing.
b. Organ yang
bertanggungjawab di bidang manajemen resiko adalah:
·
Komisaris dan Komite yang terkait
antara lain Komite Audit (dalam hal tidak ada Komite Resiko)
·
Direksi
·
Fungsi manajemen resiko
·
Satuan Pengawasan Intern (SPI)
c. Komisaris
dan Direksi bertanggungjawab menetapkan tingkat resiko yang dipandang wajar.
d. Komisaris
bertanggungjawab untuk:
·
Memonitor resiko-resiko penting yang
dihadapi perusahaan dan memberi saran mengenai perumusan kebijakan di bidang
manajemen resiko.
·
Melakukan pengawasan penerapan manajemen
resiko dan memberikan arahan kepada Direksi.
·
Memastikan bahwa penyusunan RJPP dan
RKAP telah memperhatikan aspek manajemen resiko.
·
Melakukan kajian berkala atas
efektivitas sistem manajemen resiko dan melaporkannya kepada pemegang
saham/RUPS.
e. Direksi
bertanggungjawab untuk:
·
Menjalankan proses manajemen resiko
difungsi-fungsi terkait (risk owners).
·
Melaporkan kepada Komisaris tentang
resiko-resiko yang dihadapi dan ditangani.
·
Menyempurnakan sistem manajemen
resiko.
f. Fungsi
manajemen resiko bertanggungjawab untuk:
·
Merumuskan sistem manajemen resiko.
·
Merumuskan kebijakan pokok yang
berhubungan dengan manajemen resiko.
·
Mengidentifikasi dan menangani
resiko-resiko serta membuat pemetaan resiko.
·
Mengimplementasikan dan mengupayakan
penerapan manajemen resiko yang efektif dalam batas-batas tanggungjawab dan
kewenangannya.
·
Memantau dan mengevaluasi perkembangan
resiko dan melaporkannya kepada Direksi.
g. Satuan
Pengawasan Intern (SPI) bertanggungjawab untuk:
·
Memastikan bahwa kebijakan dan
sistem manajemen resiko telah ditetapkan dan dievaluasi secara berkala.
·
Mengevaluasi dan memberikan masukan
atas kecukupan dan efektivitas pengendalian intern dalam rangka mitigasi
resiko.
·
Mengevaluasi dan memberikan masukan
mengenai kesesuaian strategi dengan kebijakan manajemen resiko.
4.
Proses Manajemen
Resiko
Proses manajemen resiko
sekurang-kurangnya meliputi:
a. Identifikasi
resiko
b. Pengukuran
dan analisis resiko
c. Pemilihan
metode pengelolaan resiko
d. Implementasi
metode pengelolaan resiko
e. Evaluasi
terhadap implementasi metode pengelolaan resiko
f. Pelaporan
manajemen resiko
D.
ANALISIS
SWOT TERHADAP PT. PERTAMINA (PERSERO)
1. Strength (Kekuatan)
Kekuatan
internal pada PT. Pertamina (Persero):
·
Menyediakan
produk yang berkualitas tinggi
Produk
dari pertamina sudah memiliki pengakuan dari dunia internasional. Diantaranya
produk oli dari pertamina yang sudah memiliki sertifikat ISO.
·
Memiliki
pelayanan yang baik
Untuk
pelayanan, sudah dapat mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru Indonesia
bahkan sampai ke daerah-daerah terpencil.
·
Sumber
daya manusia yang handal
SDM di PT.
Pertamina (Persero) merupakan orang-orang yang sudah profesional di bidangnya.
Memiliki kemampuan dan pengalaman yang sudah teruji. Selain itu pelatihan dan
seminar yang berhubungan dengan dunia bisnis banyak diikuti oleh para karyawan,
yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuannya.
·
Pengalaman
di bidang migas
Pertamina
sudah bergerak di bidang migas di Indonesia sejak tahun 1968. Dengan pengalaman
yang cukup lama di bidang migas, faktor ini dapat menjadi salah satu nilai
tambah. Pengalaman dan pengakuan dari dunia internasional berhubungan dengan
dunia migas menjadikan pertamina cukup disegani di bidang migas.
·
Penggunaan
teknologi informasi yang terintegrasi
Teknologi
informasi di pertamina sudah terintegrasi dan mendukung proses bisnis
perusahaan. Dengan adanya Divisi SBTI, ini menunjukkan adanya kepedulian yang
cukup tinggi dari pihak manajemen untuk mengembangkan teknologi informasi.
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan
internal pada PT. Pertamina (Persero):
· Kurangnya
modal
Kendala pertamina saat ini adalah
kekurangannya modal dalam hal kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya
alam, sehingga pihak manajemen membangun kerjasama dengan pihak asing untuk
melakukan tersebut.
· Masalah
birokrasi yang menghambat kinerja
Birokrasi yang terlalu rumit
menghambat proses pengambilan keputusan karena terlalu banyak waktu yang
terbuang untuk menjalankan suatu keputusan.
· Penempatan
karyawan yang tidak sesuai dengan kemampuan
Sumber daya manusia di PT. Pertamina
banyak yang penempatan dan penggunaannya tidak maksimal sehingga mengurangi
efektivitas dan efisiensi perusahaan.
· Jumlah
armada yang kurang
Peningkatan permintaan pasar yang
membutuhkan arus distribusi barang yang tinggi dapat terhambat dengan kurangnya
jumlah armada pengangkut barang yang ada sekarang ini.
· Ketergantungan
pasokan pada satu pemasok, sehingga apabila terjadi keterlambatan pasokan
produk akan mengganggu operasional perusahaan.
3. Opportunities (Peluang)
Peluang
eksternal pada PT. Pertamina (Persero):
· Pasar bisnis
yang masih tinggi
Penggunaan migas yang merupakan
salah satu kebutuhan pokok dunia saat ini membuat permintaan akan produk ini
tetap tinggi walaupun terjadi gejolak harga.
· Harga jual
yang murah
Pertamina dapat menjual BBM dengan
harga murah karena pemanfaatan dari subsidi pemerintah. Hal ini dapat digunakan
pertamina sebagai salah satu kesempatan untuk menguasai pasar migas di Indonesia.
· Sumber daya
migas yang masih cukup tinggi
Sumber cadangan migas yang tersedia
di Indonesia masih cukup banyak yang belum tereksplorasi. Cadangan minyak ini
dapat digunakan pertamina untuk meningkatkan penjualan dalam memenuhi
permintaan pasar.
· Produk
(dengan nilai oktan tinggi yang menghasilkan pembakaran yang lebih bersih, non
subsidi) yang bisa jadi menggantikan dominasi penjualan premium.
· Sebagai
pemimpin dalam pasar Bahan Bakar Minyak (BBM)
PT. Pertamina (Persero) memiliki
kesempatan untuk mengubah pelayanan yang kurang baik dan mengubah Image yang
tertancap dibenak konsumennya, menjadikan konsumennya menjadi konsumen yang
memiliki loyalitas tinggi pada PT. Pertamina (Persero).
4. Threats (Ancaman)
Ancaman
eksternal pada PT. Pertamina (Persero):
· Masuknya
pihak swasta untuk beroperasi di bidang Non-BBM
Dengan masuknya pihak swasta yang
bergerak di bidang Non-BBM cakupan pasar pertamina dalam hal Non-BBM seperti
oli menjadi berkurang. Hal ini menjadikan pendapatan pertamina menjadi
berkurang.
· Makin
banyaknya pihak swasta yang melakukan eksplorasi migas di wilayah Indonesia
Pihak swasta yang melakukan
eksplorasi Migas di Indonesia kadang mempunyai dana dan peralatan yang lebih
bagus dibanding pertamina hal ini menyebabkan lahan minyak mentah yang kaya
akan cadangan minyak akhirnya dikelola oleh pihak swasta.
· Pengaruh
Intervensi
Dikarenakan pertamina merupakan
perusahaan multi internasional, maka adanya pengaruh-pengaruh intervensi di
dalam tubuh pertamina khususnya pada posisi manajemen strategis seperti dewan
komisaris. Intervensi ini menyebabkan terbatasnya ruang gerak manajemen untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil.
· Pasar bebas
Dengan adanya pasar bebas,
perusahaan asing yang bergerak di bidang migas diperbolehkan untuk memasarkan
hasil produksinya di wilayah Indonesia. Hal ini akan meningkatkan persaingan
bisnis yang ketat.
· Image bahwa
produk yang ditawarkan kompetior (Shell dan Petronas) memiliki tingkat kualitas
yang lebih baik menjadikan ketertarikan konsumen untuk berganti produk konsumsi.
KESIMPULAN
Berbagai upaya telah dilakukan PT. Pertamina (Persero)
dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pendistribusian produknya.
1.
Untuk memecahkan masalah
keterbatasan daya tampung dan biaya pada depot Plumpang dan Merak, digunakan
metode Analytical Hierarchy Process.
2.
Peningkatan perencanaan sistem
dilakukan untuk meningkatkan kualitas secara menyeluruh meliputi:
·
Peningkatan Sarana dan Fasilitas
·
Peningkatan Sumber Daya Manusia
·
Peningkatkan Sistem Operasi
3. Melakukan
sistem prioritas dalam mengatasi keterbatasan daya tampung.
4. Melakukan
perluasan wilayah distribusi untuk mengatasi kelangkaan BBM. Selain itu juga
pertamina meneruskan distribusi BBM selama 24 jam dan memberikan kredit kepada
pengusaha SPBU yang belum memiliki delivery
order (DO) selama bank persepsi libur pada Sabtu dan Minggu. Kemudian,
pertamina juga melaksanakan contigencyplan
dengan menerapkan sistem manual sekaligus berkoordinasi dengan bank
persepsi agar melayani transaksi selama libur.
5. Pertamina
terus mengupayakan sejumlah cara guna mempertahankan retail outlet-nya melalui pengiriman BBM zero loses dan evaluasi penerapan sistem
win-win soution terhadap SPBU.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes,
Sukirno. 2004. Auditing Pemeriksaan
Akuntansi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Anoraga,
Pandji. 2004. Manajemen Bisnis.
Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta.
Arens,
Alvin. A., Elder Randal J, dan Beasley Mark S. 2004. Auditing. Jakarta: PT Indeks.
Arens,
Alvin. A., dan James K. Loebbecke. 2003. Auditing,
Pendekatan Terpadu, Terjemahan Amir Abadi Jusuf. Jakarta: Salemba Empat.
Basu,
Swastha. 1996. Azas-Azas Marketing.
Edisi ketiga. Yogyakarta: Liberty.
Bayangkara,
IBK. 2014. Audit Manajemen: Prosedur dan
Implementasi. Jakarta : Salemba Empat.
Effendy,
Onong Uchjana, M. A. 2008. Dinamika
Komunikasi. Cetakan Ke tujuh. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kasmir.
2009. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kotler,
Philip and Gary Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip
Pemasaran. Edisi 10. Diterjemahkan oleh Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.
Mc.
Daniel. 2001. Pemasaran. Edisi I.
Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi.
2002. Auditing. Edisi ke enam. Jakarta: Salemba Empat.
Siagian,
Sondang. 1997. Audit Manajemen.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sule,
Erni Tisnawati dan Kurniawan Saefullah. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.
Sumarni,
Murti dan John Soeprihanto. 2010. Pengantar
Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Supriyono,
R.A. 2005. Manajemen Strategi dan
Kebijaksanaan Bisnisi. Edisi I, Cetakan keenam. Yogyakarta: BPFE.
Tunggal,
A.W. 2003. Audit Manajemen Kontemporer.
Edisi revisi. Jakarta: Penerbit Harvarindo.
Tjiptono,
Fandi. 1996. Pemasaran Jasa. Malang:
Banyumedia, Publishing.
Widyatama,
Rendra. 2007. Pengantar Periklanan.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Wilingham,
John. J, Carmichael, Douglas. R, and Schaller, Carol. A. 1996. Auditing Concepts and Methods: a guide to
current theory and practice.
Willson,
Richard M.S. 1991. Strategi Management
Accounting dalam Ashton, David., Trevor Hopper., Robert W. Scapens., Issues in Management Accounting., New
York, Prentice Hall.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar